Air adalah sumber kehidupan yang sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Namun, apakah kita tahu apa saja yang terkandung dalam air yang kita gunakan sehari-hari? Apakah air tersebut bersih dan sehat untuk dikonsumsi atau digunakan? Salah satu cara untuk mengetahui hal ini adalah dengan mengukur TDS (Total Dissolved Solids) dalam air. Apa itu TDS dan bagaimana cara mengukurnya? Simak penjelasan lengkapnya dalam artikel Blog Lab ini.
Pengertian TDS
TDS adalah ukuran kandungan zat terlarut yang ada dalam air, baik zat organik maupun zat anorganik. Zat terlarut ini bisa berupa mineral, garam, logam, kation, anion, atau molekul organik yang berada dalam bentuk molekul, ion, atau partikel mikro. TDS biasanya dinyatakan dalam satuan parts per million (ppm) atau miligram per liter (mg/L). Konsentrasi TDS dalam air bisa diukur dengan menggunakan alat yang disebut TDS meter, yang berdasarkan pada konduktivitas listrik (EC) air. Baca juga artikel “Perbedaan TSS dengan TDS“.
Sumber dan Dampak TDS
TDS berasal dari berbagai sumber, seperti pelapukan dan pelarutan batuan dan tanah, limpasan pertanian dan perkotaan, limbah industri dan domestik, garam jalan, pupuk dan pestisida, dan sebagainya. Beberapa zat terlarut diperlukan untuk kehidupan biota perairan, seperti kalsium, karbonat, nitrat, fosfat, dan lain-lain. Namun, jika konsentrasi TDS terlalu tinggi atau terlalu rendah, bisa berdampak negatif bagi kesehatan dan kualitas air.
Menurut EPA (Environmental Protection Agency) Amerika Serikat, standar kualitas air sekunder untuk TDS adalah 500 mg/L atau 500 ppm. Ini berarti bahwa air minum yang layak dikonsumsi manusia tidak boleh melebihi batas ini. Jika TDS melebihi 1000 mg/L atau 1000 ppm, air dianggap tidak layak untuk diminum. Selain itu, tingkat TDS juga mempengaruhi rasa, bau, warna, dan kesegaran air. Air dengan TDS rendah cenderung memiliki rasa hambar atau asam, sedangkan air dengan TDS tinggi cenderung memiliki rasa asin atau pahit.
Cara Mengukur dan Mengurangi TDS
Untuk mengukur tingkat TDS dalam air yang kita gunakan sehari-hari, kita bisa menggunakan alat yang disebut TDS meter. Alat ini bekerja dengan melepaskan arus listrik ke dalam air dan mengukur hambatannya. Semakin tinggi nilai µS (micro-Siemens) yang ditunjukkan oleh alat ini, semakin tinggi pula kandungan TDS dalam air. Rumus untuk menghitung TDS adalah:
TDS (mg/L) = EC (µS) x ke
di mana ke adalah faktor korelasi yang bergantung pada jenis larutan dan kondisi udara. Nilai ke biasanya berada dalam rentang 0,55 hingga 0,8.
Salah satu cara untuk mengurangi TDS dalam air adalah dengan menggunakan sistem pemurnian air seperti reverse osmosis (RO), distilasi, deionisasi, atau karbon aktif. Sistem-sistem ini bekerja dengan menyaring atau memisahkan zat-zat terlarut dari air murni. Namun, perlu diperhatikan bahwa efektivitas sistem pemurnian air akan berkurang dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, penting untuk memantau kualitas filter atau membran dan menggantinya bila diperlukan.
Kesimpulan
TDS (Total Dissolved Solids) adalah ukuran kandungan zat terlarut yang ada dalam air, baik zat organik maupun zat anorganik. TDS bisa berasal dari berbagai sumber, seperti pelapukan dan pelarutan batuan dan tanah, limpasan pertanian dan perkotaan, limbah industri dan domestik, garam jalan, pupuk dan pestisida, dan sebagainya. Tingkat TDS mempengaruhi kesehatan dan kualitas air. Jika TDS terlalu tinggi atau terlalu rendah, bisa berdampak negatif bagi biota perairan dan manusia. Untuk mengukur TDS dalam air, kita bisa menggunakan alat yang disebut TDS meter, yang berdasarkan pada konduktivitas listrik (EC) air. Untuk mengurangi TDS dalam air, kita bisa menggunakan sistem pemurnian air seperti reverse osmosis (RO), distilasi, deionisasi, atau karbon aktif. Dengan mengetahui pengertian dan cara mengukur dan mengurangi TDS dalam air, kita bisa lebih memperhatikan kualitas air yang kita gunakan sehari-hari. Semoga artikel blog ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang air dan lingkungan.
0 Komentar